Friday, April 20, 2012

Membaca Kembali Jejak RA Kartini : Menyambut 21 April 2012



Masih ingatkah  dengan lirik lagu ini ?

Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya

Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka

Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia

Ibu kita Kartini
Putri jauhari
Putri yang berjasa
Se Indonesia

Ibu kita Kartini
Putri yang suci
Putri yang merdeka
Cita-citanya

Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia

Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendeka kaum ibu
Se-Indonesia

Ibu kita Kartini
Penyuluh budi
Penyuluh bangsanya
Karena cintanya

Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia


Pembicaraan tentang Kartini seakan-akan tidak pernah habis-habisnya. Berbagai penulis di luar dan dalam negeri menyorotinya dari berbagai aspek dengan berbeda perspektif dan kepentingan.

Saya mengenal nama Kartini berpuluh tahun silam ketika masih duduk di kelas 1 SD. Waktu itu ibu saya membelikan saya buku cerita bergambar yang menceritakan tentang Kartini. Saat itu, saya belum lancar membaca, tapi dengan bantuan gambar yang ada di buku tersebut saya dapat memahami cerita tentang Kartini.

Saya sangat terkesan dengan cerita dalam buku tersebut dan berpikir betapa hebatnya sosok Kartini. Ditengah budaya feodal yang sangat mengagungkan keningratan dan derajat, ia lahir dan membawa pola berpikir yang berbeda dengan kebanyakan kaumnya.

Kaum wanita yang bersekolah di masa Kartini kecil tumbuh, bisa dihitung dengan jari. Bila mereka bukan dari golongan ningrat atau pejabat negara, jelas tidak punya kesempatan untuk sekolah. Putri yang memiliki darah ningrat sekalipun belum tentu dapat mengenyam pendidikan hingga selesai dan telah dianggap cukup umur, mereka akan dinikahkan dan tidak lagi diperkenankan melanjutkan pendidikannya.

Eyang putri saya mengalami hal ini. Beliau kebetulan adalah sosok wanita berbakat yang memiliki kemampuan di bidang keputrian yang menonjol. Sayangnya harus merelakan melepas pendidikannya karena harus menikah.

Keberania Kartini berani mendobrak tatanan sistem pada waktu itu, adalah sebuah hal yang mungkin bagi sebagian besar wanita di generasinya adalah hanya sebuah mimpi. Tapi Kartini membuktikan bahwa perempuan bukan hanya sosok yang nomor dua dalam berkarya. Buku yang ditulisnya "Habis Gelap Terbitlah Terang" menjadi inspirasi pemikiran bagi banyak wanita generasi saat ini.
Meski bukan menuntut persamaan hak dengan kaum lelaki, tetapi tuntutan Kartini agar perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam berpendidikan menjadikan pintu kesempatan meraih pendidikan setinggi mungkin bagi kita kaum perempuan saat ini. Bagaimanapun hak laki-laki dan perempuan tetaplah berbeda.

Suatu ide yang kreatif dari seorang wanita Jawa yang merasa menderita karena hasratnya mengenyam pendidikan harus terampas karena sistem. Kartini telah membuka jalan bagi wanita-wanita Indonesia meraih mimpi menjadikan dirinya berkiprah di dunia kerja yang semula hanya didominasi kaum laki-laki.

Jika saat ini telah banyak hakim wanita, pengacara wanita, dokter wanita, direktur wanita, rektor wanita, anggota DPR-MPR wanita, bahkan pemimpin wanita dan Presiden Wanita, rasanya tidak berlebihan jika kita mensyukuri kesempatan yang telah diberikan Tuhan lewat tangan seorang Kartini.

Kreativitasnya yang berwujud ide memberi kesempatan bagi para perempuan mengenyam pendidikan dan cara berpikirnya yang lentur dalam menyikapi permasalahan pendidikan saat itu serta kemanfaatan ide originalnya telah menjadikan kita kaum wanita Indonesia memperoleh kesempatan yang luar biasa.

Semoga ke depan, masih akan lahir sosok-sosk Kartini lain yang berani mendobrak sistem dengan ide-ide kreatifnya sehingga kehidupan wanita semakin berkualitas. Selamat Hari Kartini wahai kaumku, saya bangga memiliki sosok pahlawan wanita seperti ibu Kartini.


*)Niken Titi Pratitis, S.Psi, MSi, Psikolog (Dosen Fak.Psikologi Untag) dengan sedikit editan seperlunya.


Hingga di sini, marilah kita sedikit merenung kembali, apakah kita semua telah mengikuti pesan dan teladan Ibu Kartini tersebut ? Mari tanyakan pada nurani kita masing-masing.

No comments:

Post a Comment