Saturday, June 23, 2012

Renungan


Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir :)“Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung


Jika ada dalam kesulitan atau ketakutan, hanya dengan mengingat kalimat ini, Insyaallah akan senantiasa dapat menyejukkan hati. Disana ada Dia , yang tak pernah lelah menolongku, merangkulku dalam dekapan-Nya, memberikanku apa yang kubutuhkan, dan menjadikanku sebaik-baik makhluk.


Allah menciptakanku dengan sejuta kesempurnaan, iyaa , kesempurnaan. Namun banyak hal yang belum mampu ku syukuri dengan sungguh. Bahkan sering aku merasa bahwa Allah hanya senang mengujiku melalui berbagai masalah yang tiada berujung seperti lingkaran. Selalu berputar seperti roda. Tidak ada titik pencapaian pasti akan hal tersebut. 

Kadang , aku pun dengan gembira hati mencaci-maki keadaan , menyalahkannya dengan segala cara. Membuat seolah apa yang di takdirkan oleh Allah menjadikan hidupku sedikit tidak bernilai guna.

Aku melupakan hal paling esensial, bahwa Allah akan selalu ada membimbing kita, jangankan sedetik , sepersekian detik pun Allah tak pernah melepaskan genggaman tangannya padaku. Masih mampukah aku berpaling dan berkata bahwa Allah hanya memberiku masalah tanpa solusi? Tidak Nasrul, Allah tak akan pernah membiarkanmu berjalan seorang diri menghadapi masalah, Allah hanya ingin mendewasakanmu dengan cara “berbeda”. Hanya kadang, kamulah yang tak pernah mampu untuk “melihat” apa yang sudah disediakan-Nya.

Cukup kamu menjadikan Allah sebagai muara atas semua suara hatimu, atas berbagai macam bentuk rasa syukurmu, juga akan segala keluh kesahmu. Cukuplah Allah yang aku jadikan tempat perlindungan dan tempat meminta ketentraman jiwa. Karena Allah lah yang mampu mengangkatmu keluar dari masalah-masalah yang sedang ku hadapi. 

Karena Allah selalu ada, disini, iyaa , hidup disini , di relung hati yang kasihnya masih belum tergores luka. Disanalah Dia, menunggumu agar menemukan-Nya dalam keabadian yang dinamakan Surga :D

Wednesday, June 6, 2012

Dua Puluh Ribu


Apa yang bisa Anda lakukan dengan uang dua puluh ribu rupiah? Bisakah uang itu membahagiakan orang? Jawaban atas pertanyaan tersebut pasti sangat beragam, tergantung latar belakang dan pengalaman hidup masing-masing.

Saya punya pengalaman menarik dengan uang dua puluh ribu rupiah. Selasa lalu (5 Mei 2012), saya pulang dari Bali. Saat perjalanan pulang dari bandara, driver saya mengisi bahan bakar di  pom bensin dan kesempatan itu saya gunakan belanja di Indomaret. Saya membeli panganan kecil dan minuman untuk disantap di perjalanan.

Saat saya hendak melakukan pembayaran, seorang anak remaja bertanya pada kasir, “Mbak, buku ini berapa harganya?” Dengan cepat petugas itu menjawab, “Dua puluh ribu rupiah.” Anak remaja itu berkata lagi, “Boleh gak buku ini disimpan jangan dijual, saya akan kumpulkan uang, nanti kalau sudah punya uang saya beli bukunya.” Petugas itu menggelengkan kepalanya.

Tanpa berpikir panjang saya langsung berkata, “Dik, ambil saja bukunya, saya yang bayarin.” Anak itu terdiam menatap saya tanpa berkata apapun. Maka saya tegaskan lagi, “Bawa pulang bukunya, itu hadiah dari saya.” Anak remaja itu kemudian menghampiri saya, menjabat tangan saya, mencium tangan saya berulang-ulang. Tangan saya basah oleh tetesan air matanya.

Diapun berkata lirih, “Terima kasih, om. Saya senang membaca buku yang bagus. Saya sering beli buku di tempat ini.” Sembari menahan air mata haru yang hendak keluar dari mata, saya tersenyum menatap remaja itu. Saya segera menuju mobil dan membiarkan air mata keluar membasahi pipi. Saya hanya bisa bergumam, “Oh, betapa banyak anak yang ingin maju dan berkembang tapi terkendala karena tak punya uang.”

Dua puluh ribu ternyata mampu membahagiakan seorang anak remaja yang senang membaca. Dua puluh ribu ternyata juga bisa membuat mata saya berkaca-kaca. Air mata yang meleleh dari mata saya adalah perpaduan antara rasa haru, sedih dan bahagia bercampur menjadi satu. Mari belanjakan dua puluh ribu rupiah untuk hal-hal yang bermakna…

Salam SuksesMulia!

Disadur dari Guru saya @jamilazzaini
www.jamilazzaini.com


Aku Mencitaimu Ibu ( Wajib Baca ) !


Sebuah kisah lama yang patut dibaca dan direnungkan berkali- kali betapa baiknya ibunda kita, bagaimana besarnya pengorbanan ibunda kita dstnya Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, tahun berapaan udah lupa. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic. 

Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gajinya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor.

Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.

Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting.

Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.

Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A be. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.

Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan di rumah.

Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil.

Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah.

Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya.

Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. “Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”. Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket.

Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek. Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (wartawan). Dan membawa kisah ini ke dalam media cetak dan elektronik. Ketika membaca kisah ini di media cetak, saya sempat menangis.

Bagi kalian yang masih punya Ibu, Mama, Bunda ataupun Nyokap di rumah, biar bagaimanapun kondisinya, segera bersujud di hadapannya. Selagi masih ada waktu ya.

sumber :
http://www.photodewasa.com/2010/10/aku-mencitaimu-mama-wajib-baca-touching.htm 
(dg editan seperlunya)