Masih ingatkah dengan
lirik lagu ini ?
Ibu kita Kartini
Putri sejati
Putri Indonesia
Harum namanya
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendekar kaumnya
Untuk merdeka
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Ibu kita Kartini
Putri jauhari
Putri yang berjasa
Se Indonesia
Ibu kita Kartini
Putri yang suci
Putri yang merdeka
Cita-citanya
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Ibu kita Kartini
Pendekar bangsa
Pendeka kaum ibu
Se-Indonesia
Ibu kita Kartini
Penyuluh budi
Penyuluh bangsanya
Karena cintanya
Wahai ibu kita Kartini
Putri yang mulia
Sungguh besar cita-citanya
Bagi Indonesia
Pembicaraan tentang Kartini seakan-akan tidak pernah
habis-habisnya. Berbagai penulis di luar dan dalam negeri menyorotinya dari
berbagai aspek dengan berbeda perspektif dan kepentingan.
Saya mengenal nama Kartini berpuluh tahun silam ketika masih
duduk di kelas 1 SD. Waktu itu ibu saya membelikan saya buku cerita bergambar
yang menceritakan tentang Kartini. Saat itu, saya belum lancar membaca, tapi
dengan bantuan gambar yang ada di buku tersebut saya dapat memahami cerita
tentang Kartini.
Saya sangat terkesan dengan cerita dalam buku tersebut dan
berpikir betapa hebatnya sosok Kartini. Ditengah budaya feodal yang sangat
mengagungkan keningratan dan derajat, ia lahir dan membawa pola berpikir yang
berbeda dengan kebanyakan kaumnya.
Kaum wanita yang bersekolah di masa Kartini kecil tumbuh,
bisa dihitung dengan jari. Bila mereka bukan dari golongan ningrat atau pejabat
negara, jelas tidak punya kesempatan untuk sekolah. Putri yang memiliki darah
ningrat sekalipun belum tentu dapat mengenyam pendidikan hingga selesai dan
telah dianggap cukup umur, mereka akan dinikahkan dan tidak lagi diperkenankan
melanjutkan pendidikannya.
Eyang putri saya mengalami hal ini. Beliau kebetulan adalah
sosok wanita berbakat yang memiliki kemampuan di bidang keputrian yang
menonjol. Sayangnya harus merelakan melepas pendidikannya karena harus menikah.
Keberania Kartini berani mendobrak tatanan sistem pada waktu
itu, adalah sebuah hal yang mungkin bagi sebagian besar wanita di generasinya
adalah hanya sebuah mimpi. Tapi Kartini membuktikan bahwa perempuan bukan hanya
sosok yang nomor dua dalam berkarya. Buku yang ditulisnya "Habis Gelap
Terbitlah Terang" menjadi inspirasi pemikiran bagi banyak wanita generasi
saat ini.
Meski bukan menuntut persamaan hak dengan kaum lelaki,
tetapi tuntutan Kartini agar perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam
berpendidikan menjadikan pintu kesempatan meraih pendidikan setinggi mungkin
bagi kita kaum perempuan saat ini. Bagaimanapun hak laki-laki dan perempuan
tetaplah berbeda.
Suatu ide yang kreatif dari seorang wanita Jawa yang merasa
menderita karena hasratnya mengenyam pendidikan harus terampas karena sistem.
Kartini telah membuka jalan bagi wanita-wanita Indonesia meraih mimpi
menjadikan dirinya berkiprah di dunia kerja yang semula hanya didominasi kaum
laki-laki.
Jika saat ini telah banyak hakim wanita, pengacara wanita,
dokter wanita, direktur wanita, rektor wanita, anggota DPR-MPR wanita, bahkan
pemimpin wanita dan Presiden Wanita, rasanya tidak berlebihan jika kita mensyukuri
kesempatan yang telah diberikan Tuhan lewat tangan seorang Kartini.
Kreativitasnya yang berwujud ide memberi kesempatan bagi
para perempuan mengenyam pendidikan dan cara berpikirnya yang lentur dalam
menyikapi permasalahan pendidikan saat itu serta kemanfaatan ide originalnya
telah menjadikan kita kaum wanita Indonesia memperoleh kesempatan yang luar
biasa.
Semoga ke depan, masih akan lahir sosok-sosk Kartini lain
yang berani mendobrak sistem dengan ide-ide kreatifnya sehingga kehidupan
wanita semakin berkualitas. Selamat Hari Kartini wahai kaumku, saya bangga
memiliki sosok pahlawan wanita seperti ibu Kartini.
*)Niken Titi Pratitis, S.Psi, MSi, Psikolog (Dosen
Fak.Psikologi Untag) dengan sedikit editan seperlunya.
Hingga di sini, marilah kita sedikit merenung kembali, apakah kita semua telah mengikuti pesan dan teladan Ibu Kartini tersebut ? Mari tanyakan pada nurani kita masing-masing.